Wednesday, February 15, 2012

Wisata Sejarah ke Kota Tua ƪ(♥ε♥)ʃ​


Kota Tua

Jakarta, Juni 2011

Hoaheemm, mulai bosan sama kerjaan. Kebosanan model gini cuma bisa diatasi dengan jalan-jalan.. Hahahaa... Tapi lagi males juga pergi jauh-jauh. Telpon-telponan sama Emy dan Melina akhirnya kami dapet ide nih pergi ke Kota Tua. Yup, mosok udah 28 tahun  lama di Jakarta belum pernah tamasya kesana sih. Hihihiii, norak ya?

Di Minggu pagi nan cerah ceria itu (padahal mendung), kami  pergi kesana. Berhubung lalu lintas daerah Glodok, Kota, dan sekitarnya ini begitu crowded-nya. Maka kami memutuskan menggunakan transportasi umum. Gw sama Emy naik Bus Transjakarta, sedangkan Melina naik kereta (KRL), secara rumah dia di daerah Depok ya udah pasti lebih cepat dan mudah kalau dia naik KRL. Kami janjian ketemu di Stasiun Beos (Jakarta Kota).

Mel : Gimana dong My?
Emy : Duuhh, gak tauk...
Hahahaaa

Naik Transjakarta hari Minggu tuh surga yah. Kosong dan jalanan lancar. Jadilah gw sama Emy cepet banget sampainya. Kami langsung menuju ke stasiun dan Melina belum sampai. Pas gw telpon katanya dia udah sampai di Stasiun Cawang, tapi bener atau nggak-nya sih nggak tau... :D

Melina datang setengah jam kemudian, langsung gw kenalin lah sama Emy. Oiya, lupa cerita ini pertemuan perdana antara Emy dan Melina. Sebelumnya mereka nggak saling kenal. Ya gimana mau kenal, kan Emy temen kuliah gw sedangkan Melina temen sekolah. Nggak nyambung lah ya. Makanya gw lah yang berjasa mengenalkan mereka berdua. Terbukti, sampai hari ini mereka cocok kok... *tsaahh *tepoktangan

Kami segera beranjak dari stasiun, baru jalan beberapa langkah, eh hujan aja gitu dong. Yaaahhh, bisa gagal nih rencana tamasya ke Kota Tua. Tapi untungnya tuh hujan, hidup segan mati tak mau, jadi cuma turun 5 menit terus berhenti... *sujudsyukur

Sepanjang jalan menuju Kota Tua, pemandangan semrawut yang kami lihat. Ditambah lagi lalu lintas di sekitar kami yang macet, pada berlomba-lomba bunyiin klakson. Grrrrhhhh, gimana mau jual pariwisata ke orang asing kalau keadaannya kayak gini :'(

Nih, Cafe Batavia. Huh!
Memasuki kawasan Kota Tua, kami melihat ada Cafe Batavia. Kelihatannya old style gitu. Oke juga nih, kami pun menuju kesana. Tapiiii, breeessss.... Horeeee, hujan dereeesss bangeetttt!!! Meskipun Emy udah bawa payung dan kita payungan bertiga tetep aja basah... *yaiyaalaahh, secara yang payungan badannya segede-gede gaban. Udah pasti payungnya nggak muat*

Kami akhirnya lari ke depan Cafe Batavia, karena di depan kafe ada semacam kanopi gitu. Lumayan kan buat tempat berteduh. Hmmm, tapi jangan seneng duluuuu.... Pas kita lagi berteduh disitu, ditegur loh sama pegawai kafe. Dia bilang nggak boleh berteduh disitu. Astaghfirullahaladzim, pelit amat deh jadi orang -__-


Karena udah ditegur, ya kami nggak enak dong jadinya. Mau pergi dari situ juga nggak mungkin, karena hujannya masih deras. Konyol amat kalau nekat dan terus basah kuyup. Lunturlah segala kecantikan gw.... :p

Sok-sokan milih menu ;p
Demi menjaga gengsi dan sekalian berteduh, akhirnya kami memutuskan masuk ke dalam Cafe Batavia. Ya kalau udah masuk ke dalam kafe, udah tau lah ya mesti ngapain. Beli makanan pastinya. "Jangan kayak orang susah deh, kita beli aja makanan disini," kata gw. Kami pun disodori daftar menu. Eng...ing..eng... Sejuta topan badai ngeliat harga-harga makanannya. Masa' es teh manis harganya mahal amaattt. Gilaakkk!!

Terlanjur basah, ya udah deh kami akhirnya pesan 3 es teh manis dan satu piring lumpia buat kami makan bertiga. Huahahahahaa, kelihatan banget kere-nya ya.... *ngakakgulingguling



Setelah "dirampok" di Cafe Batavia. Yah, gw terpaksa bilang "dirampok". Karena untuk makanan secuprit sama es teh manis total yang harus dibayar hampir 100-an ribu sih (jujur gw lupa persisnya, heheee). Edaaannnn!! Seperti biasa, kalau abis makan yang harganya mahal dan rasanya standar, gw pasti ngomel-ngomel dan nggak rela... :(

Museum Fatahillah
(tampak depan)
Lupakanlah soal "perampokan" itu, lanjut aja jalan-jalannya. Kami menuju ke Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta. Untuk masuk ke dalam museum, per orang harus membayar Rp 2.000,-. Bener kok gw nggak salah ketik, sekali lagi nih ya Rp 2.000,- alias dua ribu perak. Murah banget??? Udah pasti!! Gw aja kaget kok, harga tiketnya  murah semurah-murahnya gitu. Jadi buat yang lagi pacaran, sering-sering aja pacaran ke museum. Dijamin hemat dan nggak bikin kantong bolong... Bwaahahahaaa.....

Museum Fatahillah ini tadinya adalah sebuah Balai Kota pada masa penjajahan Belanda. Di dalam museum ini terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta ada bangunan yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pas kami dekat sama penjara bawah tanah ini, terasa banget hawa dan aura yang beda. Rasanya dingin, lembab, pokoknya aneh deh. Sebenarnya nggak heran juga kenapa kami sampai merasakan hal kayak gitu, nggak lain adalah karena di penjara bawah tanah ini banyak tahanan yang meninggal.


Selesai mengelilingi bagian dalam museum yang berisi berbagai barang peninggalan sejarah seperti batu prasasti, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, dll, kami menuju ke belakang museum. Disinilah terletak Meriam Si Jagur. Meriam yang dibuat di Macau, pada abad ke-16 oleh orang Portugis. Di belakang meriam terdapat sebuah bentuk tangan kanan menggenggam dengan ibu jari terjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah. Bentuk ini merupakan simbol dari kesuburan, kejayaan, dan kekuatan. Selain bentuk unik tadi, di bagian punggungnya juga terdapat sebuah tulisan bahasa Latin,”EX ME IPSA RENATA SUM”. Kalau dalam bahasa Indonesia, artinya “Dari Diriku Sendiri Aku Dilahirkan Lagi.”


Ini lhoo Meriam Si Jagur :))

Puas melihat-lihat dan berfoto, kami meninggalkan museum dan berkeliling daerah Kota Tua. Kami menyusuri jalanan di sepanjang Kali Besar. Kami sempat melihat ada Toko Merah. Salah satu bangunan bersejarah disitu. Toko Merah ini dulunya adalah tempat tinggal gubernur-gubernur jenderal VOC. Tapi sayang kami nggak sempat berfoto, karena menyebrang kesana-nya susah.. Heheheee....

Wisata sejarah kami hari ini jadi nggak terasa, saking asyiknya. Tau-tau udah sore aja. Saatnya pulang nih. Hari ini begitu berkesan. Kami jadi sadar kalau Jakarta itu sangat potensial dijadikan tempat wisata, tapi ya gitu deh nggak dikelola dengan serius dan maksimal. Oke lah kalau begitu. Next time, wisata sejarah lagi aahhh.... ╭(^▽^)╯

Melina sang fotografer ;)


11 comments:

  1. walaaaaah... mahal amat harganya.. harga turis bgt ya tu resto?
    udah lama bgt loh aku ga ke daerah kota tua... byk yg pake buat hunting foto padahal...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya itu Be, aq bilang "dirampok" abis ngasih harga kok nggak kira-kira x(

      Iya , bener tuh sering dipake buat foto pre wed juga Be. Ah tapi menurut aku kok udah nggak oke. Semrawut...

      Delete
  2. Haduhhh gw jg blom pernah ke sana loh... *memalukan*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya udah kalo gitu kapan kita kesana Neng?? Huahahahaa... #kebanyakanrencana #gakadarealisasi

      Delete
  3. Ya ampunnnnnn sampe lupa kita pernah ke sana. Hihihi

    Btw, ada beberapa koreksi nihhh.
    Pertama, kita janjian bukan di Stasiun Kota. Ngapain kita naik TransJ trus ke stasiun segala. Kita ketemuan di kolam dan taman kecil, jalan dari halte TransJ Kota menuju keluar.

    Kedua, tujuan utama kita ke Kafe Batavia emang dari awal mau numpang neduh, bukannya tertarik mau lihat-lihat. Dan dari awal emang niat langsung masuk ke dalamnya, bukan di depan. Nah, baru deh kita mikir sekalian neduh, bisa duduk-duduk dan foto-foto. Begitu... Ya kan Mel?

    Oiya nambahin, ya ampun sedih deh lihat orang yang tanpa rasa bersalah bawa makanan ke dalam museum. Rujak lah dibawa. Akhirnya, dipelopori Melina, kami sedikit mungutin sampah2 yang berserakan di dalam museum. Asli sedih! Mentang-mentang cuma Rp2.000 trus bisa seenaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah aku mah emang niat mau liat Cafe Batavia, eh kebetulan hujan ya sekalian numpang neduh... *ngeles*

      Emang tempat kita ketemu Mel itu bukan masuk di wilayah St. Kota ya??? *kuper*

      Delete
    2. lahhh stasiun kota dari hongkong. masuk aja kaga. itu tuh jalan keluar dari shelter TransJ Kota.

      btw, museum BI bagus ga sih i? ke situ yuk? katanya weekend biasanya ada yg ngejam juga. etapi weekend ini udah padat. kapan2 aja deh.

      Delete
    3. Perasaan udah komen lagi di sini dan udah muncul :)) diapus? hmmmm, that was a sign.

      Delete
  4. kok aneh sih cafe batavia, masa orang mau berdiri di depannya aja gak boleh... emang kalo tetep keukeuh disitu mereka mau apa? ya gak sih? :P hahahaha

    yah di'rampok' cafe batavia, itung2 impas ama harga tiket masuk museumnya yang 'cuma' 2 ribu ya... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tauk tuh, Mas... Pelit amat jadi orang, timbang numpang neduh doang. Huh!!

      Hmmm, bener juga ya Mas Arman. Impas sama tiket museum. Ah, tapi teteeepp nggaakk relaaa!! :((

      Delete
  5. Ai, kayaknya lo fokus sama rambut gw yag udah awut2an itu yah... -__-
    Emy, kan janjian ketemuan sama melina di depan halte busway Kota ya... dideket air mancur, gw ampe cari2 kalian, gak taunya kalian lg excited kearah bawah....

    ReplyDelete