Byuuuurrrrr!!! |
Sabtu, 10 Desember 2011
Seperti biasanya setelah mulai bosan dengan rutinitas, me and my lovely travelmates, mulai gatel mau jalan-jalan. Ide pertama adalah kami penasaran banget mencoba yang namanya Paralayang. Setelah tanya-tanya dan cari info sana-sini, kami menemukan provider di kebun teh daerah puncak. Saya pikir, "Ah kalau jalan cuma berlima kurang seru nih. Ajak Sigit sama Iqbal asik juga." Jadilah kami bagi tugas, Lia kebagian menghubungi Iqbal sekaligus minta tolong untuk telepon provider-nya dan booked tanggal. Sedangkan saya kebagian telepon Sigit dan membujuk dia supaya mau ikutan. Sayangnya, jalan-jalan kali ini Melina udah memastikan nggak bisa ikut karena sibuk menjelang ujian kuliahnya.
Seminggu menjelang keberangkatan Iqbal ngasitau kalau keinginan kami menjajal Paralayang terpaksa harus ditunda dulu. Dia dihubungi oleh provider dan diberitahu bahwa untuk tanggal yang kami booked itu Paralayang ditiadakan karena cuaca buruk. Kami disuruh mundur seminggu lagi. Hmm, agak aneh sih menurut saya kenapa kami diminta mundur seminggu? Kalau alasannya cuaca buruk, memang mereka bisa menjamin kalau minggu depannnya itu cuacanya bagus?? *Ppfffttt*
Wah, kalau begini caranya bisa-bisa gagal deh rencana jalan-jalan. Padahal lagi sangat amat banget ingin refreshing. Saya pun putar otak. Pokoknya saya tetap semangat dan cari-cari ide, kegiatan apa lagi yang seru dan mengasyikkan dilakukan rame-rame.
Tiba-tiba saya ingat, dulu bulan Juni 2011, kami pernah Rafting alias arung jeram di Sungai Palayangan Pangalengan. Nah, kenapa nggak coba rafting lagi aja tapi tentu saja di sungai yang berbeda. Saya semangat' 45 browsing di internet, berusaha mencari provider rafting yang paling murah. Hahahahaa.... *nggak mau rugi*. Akhirnya, saya menemukan Talenta Outbound. Kebetulan mereka sedang ada promo akhir tahun paket rafting Sungai Citatih 13 KM, "hanya" 255 ribu rupiah. Iseng-iseng saya kontak YM yang ada di website mereka dan ternyata responnya cepat. This is it!! Saya langsung kabari Lia, supaya dia bisa kasitau Iqbal. Saya juga langsung telepon Nyoman, Emy dan Sigit. Mereka semua bilang, "Okeeee, berangkaatt!!" Yiippiiieee....
Sabtu pagi, kami janjian di halte depan Asrama Haji Pondok Gede, jam 8 tepat. Begitu saya sampai halte, sudah ada wanita berhijab dan cantik lagi bengong menunggu teman-temannya datang. Yup, Emy udah dateng duluan, hebat euuyy nggak ngaret :))) Berturut-turut setelah Emy, Saya, Lia dan Nyoman berdatangan. Oiya, Nyoman datang bersama sopir kantornya yang kami sewa untuk nyopirin kami ke lokasi. Tim cewek udah komplit, tinggal menunggu tim cowok (Sigit dan Iqbal) yang nggak dateng-dateng. Yah, tapi kami udah maklum sama mereka. Cowok-cowok tapi suka lebih ribet dari kami yang cewek-cewek.. Hihihiii...
Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya dua cowok ganteng itu nongol juga. Pffiuuhh. Tanpa menunggu-nunggu lagi, kami langsung berangkat dan tancap gas. Takutnya perjalanan kesana macet, tau sendiri lah tol Ciawi kalau hari Sabtu pasti padat merayap. Kami harus sudah sampai di lokasi paling lambat jam 12.00. Memang rafting baru akan dimulai jam setengah 2 siang, tapi di dalam paket tertulis kami mendapat paket makan siang. Jadi sayang kan kalau sampai datang terlambat dan nggak sempat menikmati makan siang. Nanti pas mendayung perahu lemes dong, kelaperan... :')
Meskipun batal makan ayam, tetep senyum :) |
Kurang dari jam setengah 1 siang, kami sudah sampai di lokasi. Berhubung perut lapar, kami langsung mengambil piring dan makan. Hidangannya standar lah. Nasi goreng, timun, telur, kerupuk, Aqua. Nyoman yang berharap makan ayam jadi kecewa. Bwahahahaa...
Usai makan, kami mulai bersiap-siap. Bawaan berisi baju ganti dikumpulkan dalam satu tas besar dan diberi nama supaya tidak tertukar. Saya dan Iqbal juga membeli sandal gunung, karena khawatir barangkali nanti kami kecebur bisa-bisa hilang deh sandal kesayangan. Dengan berat hati, saya mengeluarkan uang 35 ribu rupiah demi sebuah sandal gunung. Setelah semua siap. Kami naik ke atas angkot yang akan membawa kami menuju Sungai Citatih. Perjalanan menuju lokasi, sumpah ya ini nggak bohong atau lebay, sangat amat parah! Saya sampai yakin, kalau ada ibu-ibu hamil muda naik angkot dan melewati jalur ini, bakalan keguguran deh.
Foto mesra di angkot... |
Perjalanan kami yang "indah" terasa lama. Apes-nya lagi angkot kami terhalang masuk ke lokasi yang membuat kami harus berjalan kaki. Sampai di tepi Sungai Citatih, seperti biasa peserta diharuskan memakai perlengkapan seperti Helm, Life Jacket, dan pastinya dayung. Setelah semua perserta siap, kami di-briefing, tentang prosedur standar keselamatan. Semua peserta yang telah di-briefing diperbolehkan naik ke atas perahu. Satu perahu diisi 6 peserta plus 1 orang skipper. Buat yang belum tahu Skipper adalah orang yang duduk paling belakang di perahu. Mereka sudah berpengalaman dan berasal dari provider rafting. Kami mulai latihan mendayung. Beberapa aba-aba yang harus dihafal diantaranya adalah: Dayung Maju (kami harus mendayung maju), Dayung Mundur (kami harus mendayung mundur) dan Boom (kami harus maju ke depan, berhenti mendayung dan menundukkan badan). Sambil latihan mendayung, berhubung kami semua narsis pastinya foto-foto dulu dong :)))
Pasukan Siap Dayung |
Latihan selesai, rafting pun dimulai. Awal perjalanan arus masih tenang, kami masih santai mendayung. Jeram pertama jeram welcome lancar kami lewati. Begitu pula jeram-jeram selanjutnya. Mulai lah kami bercanda-canda, foto-foto, merasa sedikit "sombong". Malang, ketika di jeram piramid. Perahu kami terbalik. Tim cewek semua tenggelam alias kelelep. Saya berusaha tidak panik, karena saya bisa berenang. Tapi, lama-lama saya merasa kesulitan bernapas. Entah berapa banyak air sungai kotor itu saya minum. Di bawah air saya nggak bisa melihat apapun. Boro-boro bisa liat Emy, Lia atau Nyoman. Saya berusaha mencari jalan keluar, tapi ternyata tubuh saya persis berada di bawah perahu. Saya berusaha mendorong perahu sekuat tenaga, dan gagal. Semakin panik, semakin nggak bisa napas. Saya sudah pasrah ketika itu merasa udah setengah sadar, sambil terus menyebut nama Allah SWT. Tiba-tiba saya merasa ada yang menarik life jacket saya. Mereka ternyata Rescue Team. Seketika itu juga, saya bisa mendengar teriakan Emy, "Aiii, Aiiii.. Ai mana Ai??? Mana Aiii??" Melihat saya diangkat di atas perahu, Emy langsung bilang "Alhamdulillah Ai, aku tadi panik soalnya nggak bisa liat kamu." Wah, ternyata bukan saya saja yang tenggelam dengan perahu tepat di atas kepala. Emy juga mengalami hal yang sama. Huuufftt, terima kasih Yaa Alloh telah menyelamatkan kami.
Setelah kejadian itu, kami nggak berani bercanda-canda lagi. Serius mendayung ikuti instruksi skipper. Bener-bener bikin kapok dan shock. Kami kompak mendayung hingga melewati jeram goodbye. Sungguh, pengalaman rafting kali ini, tak akan terlupakan seumur hidup kami....
Note:
1. Iqbal dan Sigit adalah kenalan Saya dan Lia, ketika kami traveling ke Green Canyon. Cerita lengkapnya bisa dibaca disini ya.. Nah, kebetulan setelah jalan bareng ke Green Canyon itu, kami ngerasa cocok sama mereka. Jadilah kami sering jalan bareng sekarang :)
2. Kamera saya rusak gara-gara kelelep. Suatu hal yang aneh buat saya, karena kamera yang saya bawa adalah kamera waterproof. Ditulis pula di kamera, bisa dipakai menyelam sampai kedalaman 3 meter. Tapiii, kenyataannyaaa.. Ya gitu deh! Ketika saya bawa ke Service Center, dibilang kalau air masuk ke dalam mesin, baterai dan LCD. Untuk biaya servis gratis karena masih garansi, tapi batre yang kena air harus diganti dan tidak termasuk garansi. Jadilah saya keluar uang 250 ribu rupiah. Ondeee Mandeee Tuesday :(
3. Saya, dengan bodohnya, nggak bawa celana ganti. Padahal kan udah jelas banget tujuannya: RAFTING. Ya udah pasti dong mau basah-basahan. Bisa-bisanya gitu loh nggak bawa celana ganti, sampai sekarang masih nggak habis pikir. Untung, temennya yang bernama Emy, agak pinteran dan bawa kain bali. Jadilah seorang wanita cantik berkerudung bernama SarVic, pulangnya sarungan pakai kain Bali. *ancuuurrr*
Perempuan Berkain Bali. Pink pulaakk!! -.-" |
4. Beberapa hari setelah rafting, saya merasa kuping saya gatal. Otomatis dong saya garuk, hmmm enaakkk.. Eh nggak taunya, kuping saya malah jadi bengkak, merah, gatal semakin parah dan terasa panas. Khawatir infeksi atau penyakit, saya parno karena abis kelelep di Sungai Citatih nan kotor itu, saya pun pergi ke dokter spesialis kulit. Dikasih resep, dan pas ditebus.... yak 300 ribu rupiah aja gitu dong harganya. *nangis*
Hmmm, tapi dibalik "cerita duka" yang saya sebutkan di atas, teteuupp looohh (someday) mau banget kalau diajak rafting lagi... Heheheheee....
Citarikkkk sama cisangkut belom dicoba hihihi :P
ReplyDeleteyukkkk kita coba...
ReplyDeletemau dong cobain yg airnya bersih kyk rafting kalian pertama
btw, sumpah gw ga bakal lupa sama insiden kelelep di aer butek itu.
@ Neng Lia: Ho oh, bener Neng.. Must try :))
ReplyDelete@ Emy: Our unforgettable moment is Kelelep!!